Pages

Selasa, 05 Juni 2012

Penokohan

Tokoh merupakan individu rekaan yang mengalami peristiwa atau kejadian dalam cerita. Tokoh dalam cerita umumnya berwujud manusia, tetapi dapat juga berupa binatang atau benda.
Berdasarkan fungsinya, dikenal ada tokoh sentral (protagonis dan antagonis) dan tokoh bawahan. Tokoh protagonis biasanya diidentifikasi sebagai tokoh yang baik sedangkan tokoh antagonis biasa berperan sebagai tokoh yang jahat.
Berdasarkan cara penampilannya, dikenal tokoh datar (tokoh pipih, sederhana) dan tokoh bulat (tokoh bundar, tokoh kompleks). Tokoh datar bersifat statis, sedikit mengalami perkembangan, bahkan mungkin tidak mengalami perubahan sama sekali, mudah dikenali dan mudah diingat. Tokoh bulat bersifat dinamis, tampak kelemahan dan kekuatannya, lebih menyerupai pribadi yang hidup, dan tidak berkesan "hitam-putih" sehingga menyerupai tokoh konkret yang biasa ditemukan dalam kehidupan.
Tokoh rekaan mempunyai watak atau karakter yang dapat dilihat dari tiga dimensi, yaitu :
  1. dimensi fisiologis (fisik),
  2. dimensi psikologis (psikis, kejiwaan), dan
  3. dimensi sosiologis (status sosial sang tokoh).

Disamping itu, ada tiga cara penggambaran watak tokoh, yaitu :
  1. cara langsung (analitik),
  2. cara taklangsung (dramatik), dan
  3. cara kontekstual.

Penggambaran watak tokoh secara langsung (analitik) dapat dilakukan dengan cara :
  1. menyebutkan atau menggambarkan ciri fisik sang tokoh (physical description) atau
  2. pengarang menganalisis watak tokoh secara langsung (direct author analysis).

Simaklah kedua contoh berikut ini !
(1) Alangkah elok parasnya anak perawan ini .... Pipinya sebagai pauh dilayang, yang kemerah-merahan .... cekunglah kedua pipinya .... Pandangan matanya tenang dan lembut .... Hidungnya mancung, sebagai bunga melur, bibirnya halus, sebagai delima merekah, dan di antara kedua bibir itu kelihatan giginya, rapat berjejer, sebagai dua baris gading yang putih. Dagunya sebagai lebah bergantung .... Di lehernya yang jenjang ....
(Marah Rusli: Sitti Nurbaya, him. 4)

(2) Sersan Johari memang luar biasa. Pandai bicara dan cepat bisa menyesuaikan diri dengan orang-orang seperti ternyata dengan pertemuan perkenalannya denganku yang hanya sebentar. Tidak lama kemudian kami sudah bersahabat. Ia tahu segala tentang daerah itu. Ia hafal di luar kepala nama-nama camat dan lurah seluruh daerah, juga siapa-siapa yang dicurigai mengadakan hubungan dengan gerombolan. Untuk mencari perempuan ia ahli pula. Macam dia di daerah itu memang diaikai orang. Badannya sedang, agak kurus dan rambutnya selalu disisir hdn dengan minyak rambut yang baunya pertama-tama sangat mengganggu hidungku. Pakaiannya selalu preman. Dengan kumisnya yang tipis rapih itu ia nampak lebih manis. Sesuai betul lagak jalannya dengan rambut agak berombak licin itu. Kepandaiannya menari dikenal orang-orang kampung. Bukan tarian biasa, tapi tari ronggeng. Daerah itu terkenal ronggengnya.
(Trisnojuwono: Laki-laki dan Mesiu, him. 8)

Penggambaram watak tokoh secara tak langsung dapat dilakukan dengan cara:
  1. Melukiskan reaksi tokoh terhadap peristiwa tertentu (reac­tion to events), keadaan di sekitar tokoh (discussion of environ­ment),
  2. Menggambarkan pandangan-pandangan tokoh lain terhadap tokoh utarna (reaction of others to character),
  3. Melukiskan percakapan antartokoh {conversation of other character), dan
  4. melukiskan jalan pikiran pelaku atau apa yang terlintas dalam pikirannya (portrayal of thought stream or of conscious thought).



Simaklah beberapa contoh di bawah ini!
  1. "He! Betulkah di Dukuh Paruk ada gadis dengan kulit bersih, betis indah tanpa kurap?"
"Srintil itulah buktinya. Wah, alangkah cepat besar dia."
"Ah, jangan bodoh. Bau keringat laki-laki membuat setiap anak
perempuan menjadi cepat dewasa."
"Lihat. Baru beberapa bulan menjadi ronggeng sudah ada gelang emas di tangan Srintil. Bandul kalungnya sebuah ringgit emas pula," kata seorang perempuan penjual sirih.
(Ahmad Tohari: Ronggeng Dukuh Paruk, him. 129)


(2) "Ayah sudah tidak ada lagi. Tapi aku, ibu, Fatimah masih ada, masih hidup. Kalau betul Tuhan betul bikinan khayal manusia, seperti kata Rusli dan Anwar, maka Tuhan pun akan habislah riwayatnya, kalau makhluk yang dinamai manusia itu sekali kelak sudah tidak ada lagi dari dunia ini. Tidakkah manusia itu pun seperti makhluk-makhluk lainnya pula, misalnya saja binatang-binatang dari zaman prasejarah seperti mammouth, minotaurus dan lain-lain, mungkin akan lampus juga dari dunia ini.
(Achdiat K. Mihardja: Atheis, him. 219)


(3) "Siapa dia?"
Tapi pertanyaan itu membuat si perempuan tiba-tiba termenung. Sebab lelaki yang saya maksud berasal dari masa lalu. Seseorang yang juga pernah begitu lekat di hati saya ketika remaja, lalu menghilang bertahun-tahun, dan muncul kembali sebagai aktivis perburuhan dan lingkungan di Sumatera Selatan, tanah masa kanak-kanaknya. Waktu kecil saya sempat memujanya. Seperti apa wajahnya kini, saya tidak tahu. Baru setahun ini surat-surat saya dibalas lagi. Kami tetap tak pernah bertemu sejak berpisah dari sepuluh tahun lalu. "Dia ... dia orang yang banyak ide dan berani. Namanya ... Saman." Dulu namanya bukan Saman.
(Ayu Utami: Saman, him. 22-23)

Penggambaran watak secara kontekstual dapat dilakukan dengan menunjukkan penggunaan bahasa tokoh, dialog dikemukakannya, atau gaya bicaranya. Jadi, dengan metode kontekstual, pengarang menggambarkan lakuan sang tokoh dengan menggunakan aspek kebahasaan. Dengan mencermati pemakaian bahasanya, pembaca dapat menyimpulkan sendiri watak atau karakter sang tokoh. Simaklah contoh berikut ini!

(1) Gadis itu meronta dengan tangisnya yang sangat panas. Rombongan lelaki yang sedang berpesta belatung kompak menoleh. Tawa mereka terkekeh. "Nenek sudah masak makanan kesukaanmu. Nasi tiwul dengan sayur nangka dan sambal terasi. Ayo makan."
"Aku ingin lauk belatung!" ujar gadis kecil itu. Tangannya menunjuk rombongan laki-laki yang sedang berpesta-pora makan belatung. "Hussss!!!! Tidak boleh!!!" hardik perempuan tua. "Kenapa?"
"Pokoknya tidak boleh!"
"Tapi, tanpa mereka makan belarung-belatung itu? Lahap lagi." Perempuan itu menjawab dengan tarikan tangan yang makin keras. Gadis itu hampir terjatuh. Rombongan lelaki yang sedang berpesta belang tertawa terkekeh.
(Indra Tranggono: Belatung, him. 38-39



2 komentar:

  1. Terima kasih atas informasinya.. kalau disimpulkan.. penggambaran tokoh secara analitik tidak berlaku untuk sudut pandang orang pertama ya.... (bingung.......) mohon dijawab ya... :) terima kasih.

    BalasHapus
  2. Paddy Power Casino Review & 2021 Bonus Codes
    The best Paddy Power Casino promotions for bet365 배당 2021. 대딸 야동 ✓ Sign 온라인 포커 추천 Up Bonus ✓ Free Spins 1x bet ✓ Huge Jackpots ✓ High RTP ✓ Mobile 포커 고수 Version.

    BalasHapus