Pages

Selasa, 05 Juni 2012

Legenda Panji Semirang ( Ringkasan )

Raja Daha mempunyai dua orang putri. Dengan permaisurinya ia berputra seorang bernama Galuh Candra Kirana, seorang putri yang cantik, dan lemah-lembut tutur katanya membuat orang tertarik kepadanya. Seorang putri lagi bernama Galuh Ajeng, keturunan yang diperoleh atas perkawinan dengan selirnya bernama Paduka Liku. Tabiat Galuh Ajeng tidak baik dan selalu iri hati terhadap kakak tirinya, Galuh Candra Kirana. Dayang-dayang dan orang-orang istana tidak senang kepadanya.

Baginda raja mempunyai beberapa orang saudara. Seorang menjadi raja di Kahuripan dan seorang menjadi raja Gagelang, seorang lagi wanita, menjadi pertapa di Gunung Wilis dengan gelar Gandasan.

Raja Kahuripan mempunyai seorang putra yang tampan dan baik perangainya, bernama Raden Inu Kertapati. Raja Kahuripan ingin supaya putranya menikah dengan putri layaknya sebagai menantu raja. Pilihan jatuh kepada putri saudaranya yang cantik, yaitu Galuh Candra Kirana. Dikirimlah utusan ke Daha untuk meminang, dan dengan senang hati raja dan rakyat menerima pinangan itu. Paduka Liku sajalah yang tidak senang. Timbul maksud jahatnya menyingkirkan permaisuri serta Galuh Candra Kirana, agar ia dapat menggantikan kedudukan sebagai permaisuri dan galuh Ajeng dapat dijodohkan dengan Raden Inu Kertapati.


Pada suatu hari dibuat tapai beracun dan disuruhnya seorang dayang memberikan tapai itu kepada permaisuri. Permaisuri senang hati menerimanya, karena baru pertama kali itu Paduka Liku mengirimkan makanan untuk dia. Selain itu Paduka Liku menyuruh adiknya minta azimat (guna-guna) kepada seorang petapa sakti, agar raja sayang kepadanya.

Ketika sedang duduk santai pada sore yang sejuk, permaisuri teringat kepada tapai pemberian Paduka Liku. Disuruhnya seorang dayang mengambil tapai itu. Baru saja tapai dimakan, tiba-tiba badan permaisuri kejang, mata terbelalak dan mulutnya berbusa. Dayang-dayang menjadi panik, menangis dan Candra Kirana menjerit ketika melihat ibunya dalam keadaan demikian. Demikian pula Mahadewi, selir baginda satu lagi sangat merasa sedih atas kematian permaisuri. Tergopoh-gopoh baginda datang dan sangat marah kepada Paduka Liku atas bencana yang ditimbulkannya. Namun setelah berhadapan dengan Paduka Liku, baginda berubah sikap menjadi tenang dan tetap ramah kepadanya.

Kabar tentang wafatnya permaisuri Daha sampai ke Kahuripan. Baginda raja Kahuripan merasa kasihan kepada Candra Kirana atas nasibnya itu. Untuk menghiburnya Baginda ingin mengirimkan bingkisan kepada calon menantunya. Raden Inu Kertapati disuruh membuat dua buah boneka. Satu dari emas dan satu lagi dari perak. Boneka Emas dibungkus dengan kain biasa, dan boneka perak dibungkus dengan sutera yang indah. Setelah bingkisan tiba di Daha, Baginda menyuruh Galuh Ajeng memilih lebih dahulu. Karena tamaknya diambilnya bungkusan sutera dan yang berbungkus jelek diberikan kepada Candra Kirana.

Betapa gembira Candra Kirana setelah membuka bungkusan ternyata yang didapatkanriya adalah boneka emas yang berkilau-kilauan. Ditimang-timangnya boneka itu dan selalu dibawanya ke mana ia pergi. Akhirnya Galuh Ajeng mengetahui bahwa boneka kakaknya jauh lebih bagus dan ia ingin memilikinya. Atas bujukan Paduka Liku, Baginda menyuruh Candra Kirana agar menukarkan boneka itu dengan boneka Galuh Ajeng. Karena Candra Kirana tidak mau menyerahkan bonekanya, Baginda menjadi marah. Candra Kirana diusir dan terhuyung-huyung dituntun Mahadewi ke peraduannya, bersama para dayang dan pengasuh.

Keesokan harinya, menjelang subuh Candra Kirana dan pengiring-pengiringnya meninggalkan istana pergi tanpa tujuan. Di perbatasan antara Daha dan Kahuripan, menetaplah mereka, membangun kerajaan kecil dan dengan persetujuan dayang-dayang dialah yang menjadi rajanya. Untuk itu mereka harus menyamar sebagai pria dan ia sendiri mengganti nama dengan Panji Semirang. Untuk memperkuat kerajaan mereka melakukan perampokan dan memaksa semua orang yang ditahan menetap di tempat itu. Dengan demikian rakyat makin bertambah dan kerajaan makin kuat.

Berita tentang kerajaan Panji Semirang sampailah ke Kahuripan. Pada waktu utusan raja Kahuripan membawa barang-barang dan uang emas kawin untuk meminang Galuh Candra Kirana, mereka dicegat dan dirampok tentara Panji Semirang. Barang rampasan dan uang hanya akan dikembalikan apabila Raden Inu Kertapati datang menghadap Panji Semirang.

Betapa heran dan takjub Raden Inu Kertapati memandang Panji Semirang, seorang raja yang menarik, simpatik, cantik, dan suaranya lembut merdu. Diadakanlah jamuan di istana Panji Semirang untuk menyambut kedatangan Raden Inu Kertapati. Keesokan harinya, setelah semua barang dan uang dikembalikan, berangkatlah Raden Inu Kertapati beserta rombongan meneruskan perjalanan ke Daha menyerahkan uang jujuran (mas kawin) kepada raja Daha.

Betapa sedih hati Panji Semirang memikirkan kekasihnya akan melangsungkan pernikahan dengan Galuh Ajeng di Daha. Karena itu ia memutuskan hendak pergi menjumpai bibinya, Biku Gandasari, di Gunung Wilis dengan berpakaian wanita, untuk minta nasihat. Biku Gandasari sangat terharu mendengar cerita dan derita kemenakannya itu. la menganjurkan supaya Candra Kirana pergi ke Gagelang ke tempat pamannya. Karena itu kembali Candra Kirana dan rombongan berpakaian laki-laki dan menyamar sebagai pemain gambuh (pengamen) dengan nama Gambuh Warga Asmara. Mereka berkeliling dari kota ke kota sambil ngamen. Sampailah ke Gagelang. Semua orang menyenangi permainan Gambuh Warga Asmara.

Sejak hari pertama pernikahan Raden Inu Kertapati dengan Galuh Ajeng, ia menjadi pendiam, sedih hati, karena diketahuinya bahwa istrinya itu bukanlah Galuh Candra Kirana. Ia merasa tertipu oleh Paduka Liku. Betapa ingin hatinya berjumpa dengan Candra Kirana kekasihnya yang dicintainya. 'Untuk menghibur hatinya ia memutuskan berangkat ke kerajaan pamannya di Gagelang. Para pengiringnya mengatakan bahwa di Gagelang ada rombongan pemain gambuh yang baik penampilannya. Usul itu dipenuhi karena memang Raden Inu merasa ingin hiburan.

Betapa menarik dan mengharukan permainan gambuh itu dan Inu Kertapati curiga melihat gerak-gerik para pemain gambuh yang luwes bagai wanita. Bahkan ia merasa telah pernah melihat wajah-wajah mereka. Karena hari telah larut malam, maka rombongan itu disuruh menginap di dalam kraton di puri pesantren. Di tempat peristirahatannya Candra Kirana mengenakan pakaian wanita karena rindu kepada kekasihnya, ditimang-timangnya boneka emasnya sambil menyanyikan lagu yang merawankan hati.

Raden Inu Ketapati ingin sekali mengetahui anggota Gambuh Warga Asmara yang sebenamya, dengan mengintip di tempat peristirahatan mereka. Alangkah terkejutnya ia setelah melihat seorang putri menimang-nimang boneka emas yang pemah diberikannya kepada Candra Kirana. Tanpa ragu lagi ia memastikan bahwa sebenamya wanita itulah Candra Kirana yang sedang dicarinya. Dengan hati yang tak sabar lagi pintu kamar dibukanya dan bertemulah keduanya melepaskan rasa rindu, kasih, dan mesra yang telah lama terpendam.

Candra Kirana dibawanya ke istana Kahuripan dan menyampaikan kepada Baginda apa sebenamya yang telah terjadi. Candra Kirana minta maaf atas kekeliruan yang telah diperbuatnya. Dipersiapkanlah segala sesuatu untuk upacara pernikahan resmi antara Raden Inu Kertapati dengan Galuh Candra Kirana.

Paduka Liku menjadi kecut hatinya tatkala mendengar berita itu. Raja Daha pun tak mau memperhatikannya lagi. Ia menyuruh adiknya untuk minta guna-guna kepada pertapa yang pernah diminta pertolongannya dulu. Tetapi sayang di tengah perjalanan adiknya itu disambar petir dan meninggal dunia. Paduka Liku putus asa lalu bunuh diri.***

Penokohan

Tokoh merupakan individu rekaan yang mengalami peristiwa atau kejadian dalam cerita. Tokoh dalam cerita umumnya berwujud manusia, tetapi dapat juga berupa binatang atau benda.
Berdasarkan fungsinya, dikenal ada tokoh sentral (protagonis dan antagonis) dan tokoh bawahan. Tokoh protagonis biasanya diidentifikasi sebagai tokoh yang baik sedangkan tokoh antagonis biasa berperan sebagai tokoh yang jahat.
Berdasarkan cara penampilannya, dikenal tokoh datar (tokoh pipih, sederhana) dan tokoh bulat (tokoh bundar, tokoh kompleks). Tokoh datar bersifat statis, sedikit mengalami perkembangan, bahkan mungkin tidak mengalami perubahan sama sekali, mudah dikenali dan mudah diingat. Tokoh bulat bersifat dinamis, tampak kelemahan dan kekuatannya, lebih menyerupai pribadi yang hidup, dan tidak berkesan "hitam-putih" sehingga menyerupai tokoh konkret yang biasa ditemukan dalam kehidupan.
Tokoh rekaan mempunyai watak atau karakter yang dapat dilihat dari tiga dimensi, yaitu :
  1. dimensi fisiologis (fisik),
  2. dimensi psikologis (psikis, kejiwaan), dan
  3. dimensi sosiologis (status sosial sang tokoh).

Disamping itu, ada tiga cara penggambaran watak tokoh, yaitu :
  1. cara langsung (analitik),
  2. cara taklangsung (dramatik), dan
  3. cara kontekstual.

Penggambaran watak tokoh secara langsung (analitik) dapat dilakukan dengan cara :
  1. menyebutkan atau menggambarkan ciri fisik sang tokoh (physical description) atau
  2. pengarang menganalisis watak tokoh secara langsung (direct author analysis).

Simaklah kedua contoh berikut ini !
(1) Alangkah elok parasnya anak perawan ini .... Pipinya sebagai pauh dilayang, yang kemerah-merahan .... cekunglah kedua pipinya .... Pandangan matanya tenang dan lembut .... Hidungnya mancung, sebagai bunga melur, bibirnya halus, sebagai delima merekah, dan di antara kedua bibir itu kelihatan giginya, rapat berjejer, sebagai dua baris gading yang putih. Dagunya sebagai lebah bergantung .... Di lehernya yang jenjang ....
(Marah Rusli: Sitti Nurbaya, him. 4)

(2) Sersan Johari memang luar biasa. Pandai bicara dan cepat bisa menyesuaikan diri dengan orang-orang seperti ternyata dengan pertemuan perkenalannya denganku yang hanya sebentar. Tidak lama kemudian kami sudah bersahabat. Ia tahu segala tentang daerah itu. Ia hafal di luar kepala nama-nama camat dan lurah seluruh daerah, juga siapa-siapa yang dicurigai mengadakan hubungan dengan gerombolan. Untuk mencari perempuan ia ahli pula. Macam dia di daerah itu memang diaikai orang. Badannya sedang, agak kurus dan rambutnya selalu disisir hdn dengan minyak rambut yang baunya pertama-tama sangat mengganggu hidungku. Pakaiannya selalu preman. Dengan kumisnya yang tipis rapih itu ia nampak lebih manis. Sesuai betul lagak jalannya dengan rambut agak berombak licin itu. Kepandaiannya menari dikenal orang-orang kampung. Bukan tarian biasa, tapi tari ronggeng. Daerah itu terkenal ronggengnya.
(Trisnojuwono: Laki-laki dan Mesiu, him. 8)

Penggambaram watak tokoh secara tak langsung dapat dilakukan dengan cara:
  1. Melukiskan reaksi tokoh terhadap peristiwa tertentu (reac­tion to events), keadaan di sekitar tokoh (discussion of environ­ment),
  2. Menggambarkan pandangan-pandangan tokoh lain terhadap tokoh utarna (reaction of others to character),
  3. Melukiskan percakapan antartokoh {conversation of other character), dan
  4. melukiskan jalan pikiran pelaku atau apa yang terlintas dalam pikirannya (portrayal of thought stream or of conscious thought).



Simaklah beberapa contoh di bawah ini!
  1. "He! Betulkah di Dukuh Paruk ada gadis dengan kulit bersih, betis indah tanpa kurap?"
"Srintil itulah buktinya. Wah, alangkah cepat besar dia."
"Ah, jangan bodoh. Bau keringat laki-laki membuat setiap anak
perempuan menjadi cepat dewasa."
"Lihat. Baru beberapa bulan menjadi ronggeng sudah ada gelang emas di tangan Srintil. Bandul kalungnya sebuah ringgit emas pula," kata seorang perempuan penjual sirih.
(Ahmad Tohari: Ronggeng Dukuh Paruk, him. 129)


(2) "Ayah sudah tidak ada lagi. Tapi aku, ibu, Fatimah masih ada, masih hidup. Kalau betul Tuhan betul bikinan khayal manusia, seperti kata Rusli dan Anwar, maka Tuhan pun akan habislah riwayatnya, kalau makhluk yang dinamai manusia itu sekali kelak sudah tidak ada lagi dari dunia ini. Tidakkah manusia itu pun seperti makhluk-makhluk lainnya pula, misalnya saja binatang-binatang dari zaman prasejarah seperti mammouth, minotaurus dan lain-lain, mungkin akan lampus juga dari dunia ini.
(Achdiat K. Mihardja: Atheis, him. 219)


(3) "Siapa dia?"
Tapi pertanyaan itu membuat si perempuan tiba-tiba termenung. Sebab lelaki yang saya maksud berasal dari masa lalu. Seseorang yang juga pernah begitu lekat di hati saya ketika remaja, lalu menghilang bertahun-tahun, dan muncul kembali sebagai aktivis perburuhan dan lingkungan di Sumatera Selatan, tanah masa kanak-kanaknya. Waktu kecil saya sempat memujanya. Seperti apa wajahnya kini, saya tidak tahu. Baru setahun ini surat-surat saya dibalas lagi. Kami tetap tak pernah bertemu sejak berpisah dari sepuluh tahun lalu. "Dia ... dia orang yang banyak ide dan berani. Namanya ... Saman." Dulu namanya bukan Saman.
(Ayu Utami: Saman, him. 22-23)

Penggambaran watak secara kontekstual dapat dilakukan dengan menunjukkan penggunaan bahasa tokoh, dialog dikemukakannya, atau gaya bicaranya. Jadi, dengan metode kontekstual, pengarang menggambarkan lakuan sang tokoh dengan menggunakan aspek kebahasaan. Dengan mencermati pemakaian bahasanya, pembaca dapat menyimpulkan sendiri watak atau karakter sang tokoh. Simaklah contoh berikut ini!

(1) Gadis itu meronta dengan tangisnya yang sangat panas. Rombongan lelaki yang sedang berpesta belatung kompak menoleh. Tawa mereka terkekeh. "Nenek sudah masak makanan kesukaanmu. Nasi tiwul dengan sayur nangka dan sambal terasi. Ayo makan."
"Aku ingin lauk belatung!" ujar gadis kecil itu. Tangannya menunjuk rombongan laki-laki yang sedang berpesta-pora makan belatung. "Hussss!!!! Tidak boleh!!!" hardik perempuan tua. "Kenapa?"
"Pokoknya tidak boleh!"
"Tapi, tanpa mereka makan belarung-belatung itu? Lahap lagi." Perempuan itu menjawab dengan tarikan tangan yang makin keras. Gadis itu hampir terjatuh. Rombongan lelaki yang sedang berpesta belang tertawa terkekeh.
(Indra Tranggono: Belatung, him. 38-39



Periodisasi sastra Indonesia

  1. Sastra lama – klasik ( ..... - 1800 )
Pujangga lama merupakan bentuk pengklasifikasian karya sastra di Indonesia yang dihasilkan sebelum abad ke-20. Pada masa ini karya satra di dominasi oleh syair, pantun, gurindam dan hikayat. Di Nusantara, budaya Melayu klasik dengan pengaruh Islam yang kuat meliputi sebagian besar negara pantai Sumatera dan Semenanjung Malaya. Di Sumatera bagian utara muncul karya-karya penting berbahasa Melayu, terutama karya-karya keagamaan. Hamzah Fansuri adalah yang pertama di antara penulis-penulis utama angkatan Pujangga Lama. Dari istana Kesultanan Aceh pada abad XVII muncul karya-karya klasik selanjutnya, yang paling terkemuka adalah karya-karya Syamsuddin Pasai dan Abdurrauf Singkil, serta Nuruddin ar-Raniri
  1. Sastra peralihan ( 1800 – 1900 )
  2. Sastra modern ( 1900 – sekarang )
Sastra modern dibagi menjadi 7 , diantaranya :
  1. Angkatan balai pustaka
Angkatan Balai Pusataka merupakan karya sastra di Indonesia yang terbit sejak tahun 1920, yang dikeluarkan oleh penerbit Balai Pustaka. Prosa (roman, novel, cerita pendek dan drama) dan puisi mulai menggantikan kedudukan syair, pantun, gurindam dan hikayat dalam khazanah sastra di Indonesia pada masa ini.
Balai Pustaka didirikan pada masa itu untuk mencegah pengaruh buruk dari bacaan cabul dan liar yang dihasilkan oleh sastra Melayu Rendah yang banyak menyoroti kehidupan pernyaian (cabul) dan dianggap memiliki misi politis (liar). Balai Pustaka menerbitkan karya dalam tiga bahasa yaitu bahasa Melayu-Tinggi, bahasa Jawa dan bahasa Sunda; dan dalam jumlah terbatas dalam bahasa Bali, bahasa Batak, dan bahasa Madura.
Nur Sutan Iskandar dapat disebut sebagai "Raja Angkatan Balai Pustaka" oleh sebab banyak karya tulisnya pada masa tersebut. Apabila dilihat daerah asal kelahiran para pengarang, dapatlah dikatakan bahwa novel-novel Indonesia yang terbit pada angkatan ini adalah "novel Sumatera", dengan Minangkabau sebagai titik pusatnya.
Pada masa ini, novel Siti Nurbaya dan Salah Asuhan menjadi karya yang cukup penting. Keduanya menampilkan kritik tajam terhadap adat-istiadat dan tradisi kolot yang membelenggu. Dalam perkembangannya, tema-teman inilah yang banyak diikuti oleh penulis-penulis lainnya pada masa itu.
Penulis dan Karya Sastra Angkatan Balai Pustaka:
Merari Siregar , Marah Roesli , Muhammad Yamin , DLL
  1. Angkatan pujangga baru
Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan. Sastra Pujangga Baru adalah sastra intelektual, nasionalistik dan elitis.
Pada masa itu, terbit pula majalah Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisjahbana, beserta Amir Hamzah dan Armijn Pane. Karya sastra di Indonesia setelah zaman Balai Pustaka (tahun 1930 - 1942), dipelopori oleh Sutan Takdir Alisyahbana. Karyanya Layar Terkembang, menjadi salah satu novel yang sering diulas oleh para kritikus sastra Indonesia. Selain Layar Terkembang, pada periode ini novel Tenggelamnya Kapal van der Wijck dan Kalau Tak Untung menjadi karya penting sebelum perang.
Masa ini ada dua kelompok sastrawan Pujangga baru yaitu :
  1. Kelompok "Seni untuk Seni" yang dimotori oleh Sanusi Pane dan Tengku Amir Hamzah
  2. Kelompok "Seni untuk Pembangunan Masyarakat" yang dimotori oleh Sutan Takdir Alisjahbana, Armijn Pane dan Rustam Effendi.

  1. Angkatan ‘45
Pengalaman hidup dan gejolak sosial-politik-budaya telah mewarnai karya sastrawan Angkatan '45. Karya sastra angkatan ini lebih realistik dibanding karya Angkatan Pujangga baru yang romantik-idealistik. Karya-karya sastra pada angkatan ini banyak bercerita tentang perjuangan merebut kemerdekaan seperti halnya puisi-puisi Chairil Anwar. Sastrawan angkatan '45 memiliki konsep seni yang diberi judul "Surat Kepercayaan Gelanggang". Konsep ini menyatakan bahwa para sastrawan angkatan '45 ingin bebas berkarya sesuai alam kemerdekaan dan hati nurani. Selain Tiga Manguak Takdir, pada periode ini cerpen Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma dan Atheis dianggap sebagai karya pembaharuan prosa Indonesia.
  1. Angkatan ‘50
Angkatan 50-an ditandai dengan terbitnya majalah sastra Kisah asuhan H.B. Jassin. Ciri angkatan ini adalah karya sastra yang didominasi dengan cerita pendek dan kumpulan puisi. Majalah tersebut bertahan sampai tahun 1956 dan diteruskan dengan majalah sastra lainnya, Sastra.
Pada angkatan ini muncul gerakan komunis dikalangan sastrawan, yang bergabung dalam Lembaga Kebudajaan Rakjat (Lekra) yang berkonsep sastra realisme-sosialis. Timbullah perpecahan dan polemik yang berkepanjangan di antara kalangan sastrawan di Indonesia pada awal tahun 1960; menyebabkan mandegnya perkembangan sastra karena masuk kedalam politik praktis dan berakhir pada tahun 1965 dengan pecahnya G30S di Indonesia.

  1. Angkatan ‘66
Angkatan ini ditandai dengan terbitnya Horison (majalah sastra) pimpinan Mochtar Lubis. Semangat avant-garde sangat menonjol pada angkatan ini. Banyak karya sastra pada angkatan ini yang sangat beragam dalam aliran sastra dengan munculnya karya sastra beraliran surealistik, arus kesadaran, arketip, dan absurd. Penerbit Pustaka Jaya sangat banyak membantu dalam menerbitkan karya-karya sastra pada masa ini. Sastrawan pada angkatan 1950-an yang juga termasuk dalam kelompok ini adalah Motinggo Busye, Purnawan Tjondronegoro, Djamil Suherman, Bur Rasuanto, Goenawan Mohamad, Sapardi Djoko Damono dan Satyagraha Hoerip Soeprobo dan termasuk paus sastra Indonesia, H.B. Jassin.

  1. Angkatan ‘80
Karya sastra di Indonesia pada kurun waktu setelah tahun 1980, ditandai dengan banyaknya roman percintaan, dengan sastrawan wanita yang menonjol pada masa tersebut yaitu Marga T. Karya sastra Indonesia pada masa angkatan ini tersebar luas diberbagai majalah dan penerbitan umum.
Beberapa sastrawan yang dapat mewakili angkatan dekade 1980-an ini antara lain adalah: Remy Sylado, Yudistira Ardinugraha, Noorca Mahendra, Seno Gumira Ajidarma, Pipiet Senja, Kurniawan Junaidi, Ahmad Fahrawie, Micky Hidayat, Arifin Noor Hasby, Tarman Effendi Tarsyad, Noor Aini Cahya Khairani, dan Tajuddin Noor Ganie.
Nh. Dini (Nurhayati Dini) adalah sastrawan wanita Indonesia lain yang menonjol pada dekade 1980-an dengan beberapa karyanya antara lain: Pada Sebuah Kapal, Namaku Hiroko, La Barka, Pertemuan Dua Hati, dan Hati Yang Damai. Salah satu ciri khas yang menonjol pada novel-novel yang ditulisnya adalah kuatnya pengaruh dari budaya barat, di mana tokoh utama biasanya mempunyai konflik dengan pemikiran timur.
Mira W dan Marga T adalah dua sastrawan wanita Indonesia yang menonjol dengan fiksi romantis yang menjadi ciri-ciri novel mereka. Pada umumnya, tokoh utama dalam novel mereka adalah wanita. Bertolak belakang dengan novel-novel Balai Pustaka yang masih dipengaruhi oleh sastra Eropa abad ke-19 dimana tokoh utama selalu dimatikan untuk menonjolkan rasa romantisme dan idealisme, karya-karya pada era 1980-an biasanya selalu mengalahkan peran antagonisnya.
Namun yang tak boleh dilupakan, pada era 1980-an ini juga tumbuh sastra yang beraliran pop, yaitu lahirnya sejumlah novel populer yang dipelopori oleh Hilman Hariwijaya dengan serial Lupusnya. Justru dari kemasan yang ngepop inilah diyakini tumbuh generasi gemar baca yang kemudian tertarik membaca karya-karya yang lebih berat.
Ada nama-nama terkenal muncul dari komunitas Wanita Penulis Indonesia yang dikomandani Titie Said, antara lain: La Rose, Lastri Fardhani, Diah Hadaning, Yvonne de Fretes, dan Oka Rusmini.
  1. Angkatan 2000
Setelah wacana tentang lahirnya sastrawan Angkatan Reformasi muncul, namun tidak berhasil dikukuhkan karena tidak memiliki juru bicara, Korrie Layun Rampan pada tahun 2002 melempar wacana tentang lahirnya "Sastrawan Angkatan 2000". Sebuah buku tebal tentang Angkatan 2000 yang disusunnya diterbitkan oleh Gramedia, Jakarta pada tahun 2002. Seratus lebih penyair, cerpenis, novelis, eseis, dan kritikus sastra dimasukkan Korrie ke dalam Angkatan 2000, termasuk mereka yang sudah mulai menulis sejak 1980-an, seperti Afrizal Malna, Ahmadun Yosi Herfanda dan Seno Gumira Ajidarma, serta yang muncul pada akhir 1990-an, seperti Ayu Utami dan Dorothea Rosa Herliany.

Surat Kuasa

                 Surat kuasa merupakan surat untuk bukti pengalihan kekuasaan atas wewenang untuk mewakili kepentingan dari pemberi kuasa. Hal itu merujuk dari Pasal 1972 BW yang merupakan dasar pemberian kuasa. Dengan demikian surat kuasa merupakan bukti yang sah atas pengalihan kuasa tersebut. Untuk itu di sini kami mencoba untuk memberikan contoh surat kuasa dan juga cara membuat surat kuasa walau definisi surat kuasa sendiri masih menjadi perdebatan.


     Cara membuat surat kuasa langkah – langkah secara umum adalah:
1. Tulis judul di atas yaitu Surat Kuasa, dalam hukum bisa berupa Surat Kuasa Khusus maupun Surat Kuasa Substitusi
2. Kemudian cantumkan pihak – pihak yang terlibat dalam pengalihan kuasa. Pertama tulis profil pemberi kuasa kemudian tulis juga profil penerima kuasa.
3. Perihal surat kuasa, untuk surat kuasa yang umum di masyarakat bisa berupa apakah pelimpahan kuasa pengambilan gaji, pengambilan cek, pengambilan barang , atau lain sebagainya. Setelah itu tulis profil penerima kuasa.
3. Penutup surat
4. Tanggal dan tempat pembuatan surat
5. Tanda tangan dan nama terang pemberi kuasa dan penerima kuasa
6. Selain itu terakhir juga bisa ditempel materai pada surat kuasa untuk menguatkan keabsahannya.

PROPOSAL

  1. Pengertian
Proposal adalah usulan / ajuan yang diberikan kepada pimpinan untuk membuat suatu acara

  1. Macam-macam proposal
  1. Proposal kegiatan
Adalah usulan yang diberikan kepada pimpinan atau atasan untuk mengadakan kegiatan tertentu , misalnya pensi ( pentas seni ) , peringatan isra’ mi’raj , dll
  1. Proposal proyek
Adalah proposal yang dibuat ketika akan membangun sebuah bangunan / fasilitas tertentu , biasanya proposal di buat oleh contractor diajukan ke pejabat yang berwenang dan untuk memenangkan melalui proses tender .
  1. Proposal penelitian
Adalah proposal yang dibuat ketika akan mengadakan penelitian . Misal proposal penelitian untuk membuat skripsi.

Hikayat

Hikayat

Hikayat adalah suatu bentuk karya satra melayu yang berisi tentang cerita , undanng – undang , silsilah yang bersifat rekaan , keagamaan , sejarah dan biografi dan dibacakan untuk membangkitkan semangat atau sekedar pelipur lara
  1. Ciri hikayat
  1. Anonim ( tidak punya pengarang yang jelas )
  2. Bersifat Istana-sentris ( kebanyakan berlatar-belakang kehidupan di Istana )
  3. Bersifat komunal ( artinya cerita menjadi milik masyarakat / tidak mempunyai hak cipta pribadi , sehingga menjadi milik masyarakat )
  4. Menggunakan bahasa klise
  5. Bersifat tradisional dan mendidik
  6. Bersifat universal manusia ( kebanyakan masalah diangkat dari masalah dalam kehidupan sehari-hari )
  1. Jenis Hikayat
  1. Cerita rakyat , contoh Panji Semirang
  2. Epos India , contoh Mahabarata dan Ramayana
  3. Cerita dari Jawa
  4. Cerita Islam
  5. Sejarah dan biografi
  6. Cerita berbingkai , yaitu cerita yang berisi suatu cerita

Kalimat Majemuk Campuran

Kalimat majemuk campuran adalah kalimat majemuk yang di dalamnya terdapat kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat.
Perhatikan contoh-contoh berikut :
(1) Ketika hujan mereda, Toni bermain game tetapi Albert membaca
     komik.
(2) Ayah dan ibu mengatakan bahwa saya harus rajin belajar.
(3) Saat Tuti dan Salma belajar, ayah dan ibu pergi ke masjid.

Kalimat (1) terdiri dari kalimat majemuk setara : “Toni bermain game tetapi Albert membaca komik “ yang juga sekaligus menjadi induk kalimat. Adapun “Ketika hujan mereda” adalah anak kalimat yang menandakan bahwa dalam kalimat tersebut terdapat kalimat majemuk.

Kalimat (2) terdiri dari kalimat majemuk setara : “Ayah dan ibu mengatakan ……..“ yang juga sekaligus menjadi induk kalimat. Adapun “bahwa saya harus rajin belajar” adalah anak kalimat yang menandakan bahwa dalam kalimat tersebut terdapat kalimat majemuk.



Kkalimat (3) terdiri dari kalimat majemuk setara : “ayah dan ibu pergi ke masjid “ yang juga sekaligus menjadi induk kalimat. Adapun “Saat Tuti dan Salma belajar” disamping merupakan kalimat majemuk setara juga merupakan anak kalimat yang menandakan bahwa dalam kalimat tersebut terdapat kalimat majemuk.

Dikutip dari Wacana Bahasa